Indonesia merupakan negara kepulauan yang mencakup lebih dari 17.000
pulau yang dihuni oleh sekitar 255 juta penduduk, sebuah angka yang membuat
Indonesia menjadi negara di urutan keempat dalam hal negara dengan jumlah
populasi yang terbesar di dunia. Angka ini juga mengimplikasikan bahwa banyak
keanekaragaman budaya, etnis, agama maupun linguistik yang dapat ditemukan di
dalam negara ini. Budaya tersebut sangat bervariasi, dari ritual Hindu yang
dipraktekkan sehari-hari di pulau Bali, sampai pemberlakuan (parsial) hukum
syariah di Aceh dan gaya hidup pemburu-pengumpul orang Mentawai.
Selain itu,
sebelum kerangka nasional dibentuk, daerah-daerah di Indonesia mengalami
sejarah politik dan ekonomi yang terpisah; keadaan yang masih terlihat dalam
dinamika daerah saat ini. Semboyan nasional Bhinekka Tunggal Ika (Kesatuan
dalam Keragaman) mengacu pada komposisi beragam negara ini. Motto ini juga
menunjukkan bahwa, biarpun masyarakat multikultural, ada perasaan kesatuan
sejati di pikiran dan hati masyarakat Indonesia.
Bagian
Budaya di website Indonesia Investments ini bertujuan untuk memberikan
informasi latar belakang penting mengenai berbagai tema kepada para pembaca.
Hal tersebut akan meningkatkan pemahaman terhadap negara ini. Pengetahuan dan
pemahaman aspek-aspek budaya dan dinamika suatu negara penting sekali jika Anda
berniat untuk berinvestasi secara berkelanjutan dan menghasilkan atau berniat
untuk menetap di Indonesia karena alasan bisnis maupun pribadi. Hal ini
khususnya berlaku bagi Indonesia yang budayanya begitu beraneka ragam dan
kompleks.
10 Budaya Unik di Indonesia :
1. Ritual Tiwah
Budaya unik
yang pertama disebut Ritual Tiwah, sejenis upacara mengantarkan tulang belulang
orang yang sudah meninggal ke
tempat peristirahatan terakhirnya yaitu sandung, dengan harapan orang yang
ditiwahkan mencapai syurga. Ritual ini dilakukan oleh suku Dayak Kalimantan
Tengah, khususnya yang menganut kepercayaan Kaharingan atau Hindu Kaharingan.
Tradisinya,
orang yang meninggal dikuburkan sementara sampai tiwah diselenggarakan, barulah
mayat tersebut dibongkar kembali dan dibakar hingga benar-benar hanya sisa tulang
belulang saja. Acara lain pun diadakan ditengah ritual tiwah seperti acara
menari, nyanyian khas suku dayak, sembelih hewan kurban hingga memasang lagu,
tidak jarang lagu dangdut didengar guna menghilangkan rasa kantuk. Bagi
masyarakat dayak, ritual tiwah dianggap ritual sakral namun seiring dengan
waktu tradisi tiwah mengalami pergeseran zaman, dikarenakan keluarga korban
tidak mampu mengadakan ritual tiwah, faktor lainnya diperkirakan sebagian besar
suku dayak berpindah agama.
2.
Kebo-Keboan
Budaya unik
berikutnya akan kamu temui di daerah Banyuwangi khususnya Desa Alasmalang dan
Aliyan. Ritual ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18, dan biasanya
diselenggarakan pada tanggal 1-10 bulan syura. Tujuannya untuk meminta hujan
turun ditengah musim kemarau.
Upacara ini
biasanya diadakan pada hari minggu. Sesuai namanya, ritual ini biasanya
mendandani orang menjadi seekor kebo. Mayoritas yang ikut serta pasti
laki-laki, tapi bukan berarti wanita hanya duduk diam, biasanya para wanita memiliki
tugas untuk mempersiapkan makanan dan sesajennya berupa tumpeng, peras, air
kendi, kinang, ingkung ayam, aneka jenang, bungkil, cangkul, pisang, beras,
pitung tawar, kepala, dan bibit tanaman padi. Hal ini dipercaya untuk
menyelamatkan beberapa ruas jalan di dusun krajan.
Diiringi dengan musik tradisional,
kebo-keboan itu mulai membajak sawah berlaga seperti kerbau asli, dan bisa saja
menyeruduk para penonton, tidak jarang kebo-keboan ini kesurupan dan menjadi
liar. Hati-hati ya nontonnya jangan dekat-dekat.
3. Mapasilaga Tedong
Indonesia ga kalah gaulnya ma Negara
Spanyol ya, bedanya di Spanyol menggunakan Matador. Lain halnya dengan di
Indonesia, budaya yang dikenal dengan sebutan
Mapasilaga Tedong adalah budaya adu banteng. Adu sesama banteng ya
bukan manusia. Tradisi ini dibawa secara turun temurun yang dilakukan di Tana
Toraja. Tradisi ini diadakan hanya untuk menghormati para leluhur saja, kerbau
yang diadu pun tidak sembarangan, masyarakat tersebut membeli kerbau albino
untuk bertempur. Cukup mahal lho untuk kerbau jenis ini.
Uniknya,
sebelum bertempur biasanya kerbau-kerbau ini akan diberi arak oleh tim
pengusung gong. Aturan mainannya, kerbau yang lari meninggalkan lapangan atau
yang sering jatuh akan dianggap kalah. Setelah itu, memasuki prosesi pemotongan
kepala kerbau yang hanya mengayunkan satu tebasan saja. Lebih cocok bagi para
Samurai ya.
4.
Pasola
Pasola
artinya lembing kayu yang digunakan untuk melempar, “pa” dari pasola adalah
kalimat imbuhan. Pasola berarti melemparkan lembing kayu sambil memacu seekor kuda.
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Sumba, NTT. biasanya diadakan sekali
setiap tahun tepatnya di bulan Februari.
Pasola seperti
sebuah permainan perang-perangan, silsilahnya sebagai wujud kesedihan seseorang
yang telah kehilangan istrinya.Prosesi upacara diawali dengan adat nyale,
berupa syukuran dengan datangnya musim panen dan kedatangan banyak cacing
dipinggir pantai. Cacingnya pun dijadikan sebuah pertanda, bila cacing itu
gemuk warna-warni maka akan mendapat kebaikan, dan sebaliknya maka akan dapat
malapetaka. Dengan datangnya cacing-cacing tersebut, proses pasola akan
dimulai. Beberapa orang bak ksatria akan turut berpartisipasi memeriahkan
tradisi ini bersama kuda-kudanya, tombak yang digunakan berbentuk tumpul, walau
begitu tidak jarang upacara ini memakan korban jiwa, namun dipercayai darah
korban berkhasiat menyuburkan tanah. Kalau difikir-fikir, mirip tradisi Romawi
yang diadakan di Colloseum ya.
5. Dugderan
Dugderan adalah tradisi budaya khas
Semarang yang telah diadakan sejak tahun 1881, dimana dugderan adalah salah
satu cara mencurahkan rasa rindu mereka pada bulan Ramadhan atau bulan seribu
berkah. Biasanya tradisi ini diselenggarakan 1-2 minggu sebelum bulan Ramadhan.
Tradisi ini biasanya diawali dengan adanya pasar rakyat. Maka akan dilanjut
dengan acara dugderan yang diawali oleh acara karnaval yang terdiri dari
pasukan Merah-Putih, barisan para pelajar, barisan putri bunga, aneka mobil
khias, pasukan berkuda, kerta kencana, Drump Band, sampai replika hewan atau kesenian
khas Semarang.
6.
Tabuik
Budaya unik yang satu ini diselenggarakan
oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Bertujuan untuk memperingati
Asyura, gugurnya Imam Husain seorang cucu dari Nabi Muhammad SAW. Biasa kita
kenang di tanggal 10 Muharram pada kalender tahunan. Kata Tabuik diambil dari
bahasa Arab dengan kata “tabut” artinya peti kayu. Berdasarkan legenda, terjadi
kemunculan mahkluk berwujud kuda seperti vegasus namun kepalanya berbentuk
kepala manusia. Ritual ini sudah ada sejak tahun 1826 – 1828, namun masih
bernuansa adat India, dan pada tahun 1910 terjadi kesepakatan untuk mencampur
adat Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau
sampai akhirnya seperti sekarang.
Festival ini
dianggap membawa berkah, dibuatnya tabuik raksasa dimana bagian-bagian dari
patung tersebut memiliki arti. Bagian bawah tabuik dianggap perwujudan urak,
burak dan peti melambangkan burak yang menjemput jenazah Hussein bin Ali,
hingga tabuhan gendang pun disimbolikan untuk mengenang peristiwa yang
menyebabkan Hussein bin Ali tewas.
7. Makepung
Makepung mengandung arti
Balapan Kerbau, tradisi ini dilakukan masyarat Bali hanya untuk hiburan saja,
menurut masyarakat Bali binatang kerbau adalah binatang yang suci. Awalnya
tradisi ini dilakukan hanya untuk membajak sawah saja. Namun seiring dengan
waktu, tradisi ini banyak diminati bahkan menjadi salah satu tradisi yang
banyak menarik wisatawan asing, hingga dianggap tradisi tahunan di Bali.
Tradisi ini
dimulai pada tahun 1970-an, namun telah mengalami perubahan dari segi aturan
dan kelengkapannya juga, misal jika dulu kerbaunya menggunakan satu, sekarang
bisa menggunakan 3 kerbau, dulu jokinya berbadan besar, sekarang harus lebih
kecil. Tidak sering kerbau-kerbau yang akan dilombakan dikhias menjadi lebih
cantik dan enak dipandang. Aturan mainnya, panjang arena racenya berukuran 1-2
km, pemenangpun tidak melihat yang pertama ke garis finish, melainkan joki yang
dapat mengayunkan arahnya lurus dan tegap (tidak sempoyongan). Aturan yg
lainnya pun, bila orang pertama dan kedua yang mencapai garis finis kurang dari
10 meter, dianggap orang kedua yang menjadi pemenang. Aneh memang, tapi memang
tradisinya seperti itu.
Debus merupakan salah satu seni bela
diri berasal dari Banten, aksi bela diri ini dipercaya sudah ada sejak abad ke
16, namun pada saat itu Debus adalah sebuah kesenian dari hasil kombinasi suara
dan seni tari. Atraksi ini mulai berkembang pada abad ke-18. Acara permainannya
pun sangat beragam, mulai menusuk perut dengan benda tajam, mengiris badan
dengan pisau, menusuk lidah, membakar diri dengan api, dan lain-lain. Debus
identik dengan ilmu kekebalan, tidak aneh, bila seni bela diri ini bikin
jantung berdekup kencang, bukan karena faktor grogi namun atraksi yang
dipertontonkan sangat-sangat menyeramkan. Bila kamu ingin belajar debus, fikir
panjang dulu deh. Pasalnya, jika kamu ingin belajar seni bela diri ini, jika
lengah sedikit kamu harus mempertaruhkan nyawa. Acungkan jempol yu untuk orang-orang yang menjaga tradisi debus.
8.
Karapan Sapi
Karapan Sapi adalah
budaya yang telah menjadi tradisi untuk menaikan status sosial seseorang.
Terlebih kota Madura memiliki tanah yang kering membuat masyarakat berpindah
profesi dari pertani menjadi seorang nelayan. Ngomong-ngomong tentang profesi
nelayan, masyarakat Madura memanfaatkan penghasilan dari air laut hingga dapat
memproduksi garam berkualitas, membuat kota Madura dikenal dengan penghasilan
garam terbesar di Indonesia.
Kembali kepada budaya masyarakat Madura,
hampir mirip dengan Makepung, bedanya trek racenya hanya 100 meter, aturan
mainnya pun tidak seperti Makepung. Disini siapa yang cepat di garis final,
itulah yang menang. Kamu bisa liat pertunjukan ini setiap bulan Agustus atau
september setiap tahunnya di Kota Karesidenan.
9. Kasad
Kasada adalah ritual yang
dilakukan oleh masyarakat Bromo, yang berlangsung di hari ke- 14 pada bulan
Kasada. Upacara ini berbentuk penyembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi
sebagai bentuk syukur untuk kesehatan dan hasil panen yang melimpah.
Sejarahnya, konon
katanya ada pasangan yang tidak dikarunia anak, hingga suatu saat mereka semedi
atau meditasi dan bertapa pada Sang Hyang Widhi, seketika itu terdengar suara
gaib mengatakan akan mengabulkan permintaan mereka dengan syarat anak bungsu
harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.
Namun apa mau dikata, setelah pasangan tersebut dikaruniai 25 anak.
Naruni orang tua, tidak tega mengorbankan anak-anaknya walaupun hanya anak
bungsu. Kemudian Sang Hyang Widhi murka sampai akhirnya malampetaka datang,
ditengah kemurkaan Sang Hyang Widhi ada seruan dimana ia harus memberikan
sesajen hari ke-14 untuk Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo.
10. Debus
Debus merupakan salah
satu seni bela diri berasal dari Banten, aksi bela diri ini dipercaya sudah ada
sejak abad ke 16, namun pada saat itu Debus adalah sebuah kesenian dari hasil
kombinasi suara dan seni tari. Atraksi ini mulai berkembang pada abad ke-18.
Acara permainannya pun sangat beragam, mulai menusuk perut dengan benda tajam,
mengiris badan dengan pisau, menusuk lidah, membakar diri dengan api, dan
lain-lain. Debus identik dengan ilmu kekebalan, tidak aneh, bila seni bela diri
ini bikin jantung berdekup kencang, bukan karena faktor grogi namun atraksi
yang dipertontonkan sangat-sangat menyeramkan. Bila kamu ingin belajar debus,
fikir panjang dulu deh. Pasalnya, jika kamu ingin belajar seni bela diri ini,
jika lengah sedikit kamu harus mempertaruhkan nyawa. Acungkan jempol yu untuk orang-orang yang menjaga tradisi debus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar